Kamis, 31 Juli 2008

SISTEM INFORMASI MANAGEMENT DI INSTANSI PENDIDIKAN

NAMA : RESTU WARDHANI
NIM : P2CC07032
MATA KULIAH : Sistim Informasi Management
DOSEN : Ali Rochman, Ph.D


Peradaban manusia telah berkembang melewati beberapa era, termasuk era pertanian, industri dan kini sudah memasuki era informasi (Alfin Toffler, 1980). Informasi yang membanjir di era ini merupakan pisau bermata dua. Pada satu sisi, informasi bisa merupakan asset strategis bagi mereka yang mampu mengelola akses pemrosesan dan pemanfaatannya secara baik. Namun pada sisi lainnya, informasi yang membanjir bisa menenggelamkan dan menyesatkan bagi mereka yang tidak memiliki strategi pengelolaan informasi yang baik. Dalam konteks inilah Sistim Informasi Manajemen menjadi sangat relevan.
Dengan berjalannya waktu, Sistim Informasi Management yan diterapkan di instansi pendidikan mengalami kemajuan. Instansi pendidikan di Indonesia banyak yang sudah menggunakan teknologi-teknologi maju. Sebagai contoh adalah dengan digunakannya data processing yang paling simple yaitu word processing (menggunakan Microsoft Word) dan number processing (menggunakan Microsoft Excel), hingga menggunakan teknologi internet (web atau blog) untuk menyebarkan informasi sekolahan terkini, pendaftaran, pembayaran, hingga untuk alat controlling.
Pada intinya, penerapan sistim informasi management di instansi pendidikan seperti sekolah dilakukan untuk dapat melakukan kontrol terhadap para pegawai, staf, dan guru, serta untuk mengatur segala aspek-aspek yang mendukung instansi tersebut seperti aspek keuangan hingga management SDM. Adanya sistim informasi management yang baik dan terpadu dalam instansi pendidikan dapat memberikan kemudahan bagi kepala sekolah untuk melakukan kontrol terhadap anggota sekolah dam juga untuk memperjelas suatu tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan.
Jika kita refleksikan dengan perkembangan TIK global dewasa ini, maka bisa digambarkan tiga kategori atau era sekolah. Pertama, Sekolah Konvensional, dengan ciri sudah mulai memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) namun masih sederhana misalnya baru sebatas memanfaatkan aplikasi office (word processor, spreadsheet, presentation) untuk menggantikan mesin ketik manual di Laboratorium Komputer sekolah dan di bagian administrasi sekolah. Kedua, adalah sekolahan dimana Program Jardiknas dari Depdiknas mulai diperkenalkan. Sekolah mulai memasuki era pemanfaatan internet. Lalu program pembelian hak cipta buku yang dilanjutkan dengan penyediaan e-Book mendorong sekolah memasuki era baru yaitu kategori Sekolah 1.5. Pada era Sekolah 1.5. sekolah-sekolah mulai memasuki tahapan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara serentak. Namun potensi TIK tersebut juga belum dimanfatkan secara optimal. Yaitu masih sebatas sebagai alat bantu tulis-menulis pada bagian administrasi sekolah, mengajar office di Laboratorium Komputer dan mengunduh e-Book. Ketiga, perkembangan internet telah mengarah ke teknologi Web 2.0 yang ditandai diantaranya berkembangnya sistem berbasis jejaring sosial (social networking). Juga diwarnai teknologi AJAX yang memungkinkan berjalannya aplikasi web seperti aplikasi desktop, berkembangnya teknologi multimedia baik audio dan video streaming, dan lain-lain. Sistem di sekolah yang memanfaatkan kemajuan internet diatas disebut Sistem Sekolah 2.0. Sistem tersebut dibangun untuk menunjang penyelenggara satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Pada intstansi pendidikan dimana saya bekerja, kami masih tergolong sekolahan konvensional dimana kami masih menggunakan Teknologi Informasi hanya sebatas baru menggunakan aplikasi office (word processor, spreadsheet, presentation) untuk menggantikan mesin ketik manual di Laboratorium Komputer sekolah dan di bagian administrasi sekolah. Semua pencatatan pembukuan, hingga pengajaran masih dilakukan sercara manual. Komputer yang seharusnya pada saat ini dapat digunakan secara maksimal dengan menggunakan teknologi online, baru digunakan sebatas sebagai mesin ketik untuk mengetik dan menyusun data.
Instansi pendidikan kami sudah memiliki web site. Namun penggunaan website tersebut hanya sebatas untuk menyebarkan informasi terkini mengenai instansi kami. Pendaftaran dan pembayaran belum dapat dilakukan pada web tersebut. Untuk proses pendaftaran dan pembayaran dilakukan secara manual, yaitu dengan pengisian formulir dan pembayaran melelui loket. Untuk mencatat transaksi MS Excel sudah digunakan, namun hanya sebatas untuk alat pencatat saja. Untuk bagian Tata Usaha dimana mereka bertugas untuk menyimpan data-data penting instansi, menggunakan komputer sebagai salah satu alat pengolahan dan penyimpanan data. Penggunaannya masih hanya sebatas mesin pengetik dan pengolahan data. Data tersebut tidak dipublikasikan secara online sehingga untuk menyocokkan data antar divisi masih harus dilakukan secara manual. Untuk para guru di instansi pendidikan dimana saya bekerja, kami sebagai guru dituntut untuk menampilkan materi secara modern. Komputer dan LCD kami gunakan untuk menyampaikan materi. Untuk sebagian guru, beberapa sudah menggunakan blog untuk sebagai salah satu sarana komunikasi. Namun itu hanyalah beberapa guru saja. Penggunaan blog sebagai salah satu media komunikasi guru-siswa juga belum optimal.
Output yang dihasilkan oleh sistem infomasi yang diterapkan pada instansi kami berupa data pertanggungjawaban dan kualitas siswa. Instansi pendidikan tempat saya bekerja adalah salah satu instansi pendidikan pemerintah, sehingga instansi kami adalah sebuah non-profit organization. Semua bentuk tindakan maupun data harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah. Dengan demikian pada instansi pendidikan kami, telah dibagi beberapa divisi agar pertanggungjawaban tersebut jelas adanya. Sebagai contoh bagian bendahara sekolah ditugaskan untuk mengolah data mengenai pemasukkan sekolah dari SPP, pemerintah, maupun sumber-sumber lainnya. Bagian sarana dan prasarana ditugaskan untuk mengatur pengeluaran sekolah dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pendidikan. Output dari pekerjaan masing-masing divisi menghasilkan suatu data yang kemudian dapat diolah oleh divisi lainnya atau dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang dimiliki masing-masing divisi sangatlah penting untuk pengambilan suatu keputusan. Maka ada suatu saat dimana untuk mengambil suatu keputusan, diperlukan adanya pengumpulan data dari berbagai divisi. Namun, karena sistim informasi kami masih sangatlah konvensional, maka untuk mengumpulkan data tersebut memerlukan waktu yang cukup banyak. Selain itu akan mengakibatkan adanya terlalu banyak orang yang ikut campur dalam suatu urusan. Kualitas informasi yang diberikan juga terkadang mengakibatkan adanya miss-communication.
Pada bagian pengajaran (siswa-guru), output yang kami hasilkan adalah kualitas siswa keluaran instansi kami. Walaupun untuk di wilayah Jawa Tengah, instansi pendidikan kami tergolong yang berkualitas, namun menurut saya output tersebut dapat dinaikkan dengan penggunaan sistim informasi yang sedikit lebih maju. Di instansi kami, masing-masing guru mangatur sendiri materi yang akan mereka sampaikan. Materi yang mereka sampaikan tidak terpublikasikan secara gamblang. Dengan demikian, terkadang ada penyampaian materi yang kurang sempurna antar guru. Sebagai kasus yang paling umum terjadi, semisal ada beberapa siswa kelas 2 yang dulunya pada saat kelas 1 untuk materi Matematika, mereka dididik oleh guru X. Guru Y sebagai guru Matematikanya di kelas 2, beranggapan bahwa suatu materi tertentu sudah diajarkan di kelas 1 oleh guru X. Namun ternyata belum pernah diajarkan. Hal ini akan mengakibatkan adanya kesulitan pada siswa untuk belajar, dan juga dapat mengurangi kualitas output yang akan kami hasilkan. Dengan digunakannya sistim informasi yang sedikit lebih maju, sebagai contok digunakannya blog sebagai media jurnal pengajaran, dapat membuat informasi antar guru menjadi lebih berkualitas dan penyampaian materi kepada siswa juga akan lebih baik lagi. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas output yang akan kami hasilkan.
Karena instansi kami masih menggunakan sistim informasi konvensional, maka hambatan terbesar kami adalah mengenai kualitas informasi yang dapat dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan. Karena adanya campur tangan terlalu banyak SDM, maka informasi yang dihasilkan terkadang tidak relevan dan tidak lengkap. Untuk mencari data atau informasi juga menjadi tidaklah mudah. Dengan demikian, pencarian informasi tersebut memerlukan waktu yang tidak sedikit sehingga menjadi time consuming. Karena digunakannya sistim informasi yang konvensional, maka kami masih memerlukan SDM yang cukup banyak. Dengan demikian, instansi kami mengeluarkan banyak uang untuk membayar SDM tersebut. Apabila administrasi sekolahan dilakukan secara online (selangkah lebih maju), sekolahan dapat mengurangi biaya untuk membayar SDM. Dengan demikian biaya instansi pendidikan kami dapat ditekan.

Blog : http://restuwardhani.blogspot.com
e-mail : restu.wardhani@gmail.com

Sumber :
http://schooldevelopment.net/indexi.html
http://egov-indonesia.org/http://
www.power-it.co.id/index.php?simse_afc=0803004

2 komentar:

ewied mengatakan...

TUGAS JENG DHANI SANGAT BAGUS ..
BOLEH AKU NYONTEK YA ..

temen mahasiswa angkatan TUA
ewied@yahoo.co.id

ewied mengatakan...

malam jeng Dhani .......